Pemerintahan

Kurban di Masjid Miftahul Huda Jadi Sorotan: Etis, Bersih, dan Dapat Pujian Bupati

×

Kurban di Masjid Miftahul Huda Jadi Sorotan: Etis, Bersih, dan Dapat Pujian Bupati

Sebarkan artikel ini
Bupati Mimika Johannes Rettob saat meninjau proses penyembelihan hewan kurban di Masjid Miftahul Huda LDII, (Foto: Torangbisa.com/Umar).

Timika, Torangbisa.com – Suasana Idul Adha 2025 di Masjid Miftahul Huda, Mimika, terasa istimewa dan penuh makna. Tidak hanya karena antusiasme masyarakat yang tinggi dalam berkurban, tetapi juga karena kehadiran langsung Bupati Mimika, Johannes Rettob.

Kunjungannya bukan sekadar formalitas, melainkan untuk menyampaikan pesan penting: ibadah kurban harus mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan dan kesejahteraan hewan.

Ads
Iklan ini dibuat oleh admin torangbisa

Bupati yang akrab disapa John ini memberikan apresiasi kepada panitia kurban dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), yang dianggap berhasil menyelenggarakan kurban secara tertib, bersih, dan sesuai dengan etika penyembelihan.

Tahun ini, sebanyak 19 sapi dan 4 kambing disembelih dengan pengawasan ketat, memastikan setiap aspek dari kesehatan hewan hingga proses penyembelihan dijalankan sesuai standar.

“Saya bangga melihat pelaksanaan kurban di sini. Tidak hanya memenuhi syariat, tapi juga memperhatikan kenyamanan hewan dan kebersihan lingkungan,” ujar John yang hadir bersama Ketua PHBI Mimika, Ustad Joko Prianto, dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Sabelina FitrianiFitriani.

Salah satu hal yang menarik perhatian Bupati adalah berbagai inovasi teknis yang diterapkan tahun ini. Mulai dari penanganan limbah hingga metode penyembelihan yang lebih beradab, panitia dinilai telah menunjukkan peningkatan nyata dibandingkan tahun sebelumnya.

“Hewan tidak terlihat stres, tidak saling melihat saat disembelih, dan prosesnya berlangsung rapi. Ini kemajuan yang luar biasa,” tambahnya.

Lebih dari sekadar apresiasi, John mengajak masjid-masjid lain di Mimika mencontoh LDII dalam pengelolaan kurban.

Menurutnya, menyembelih hewan kurban bukan hanya soal menjalankan kewajiban agama, tapi juga soal tanggung jawab sosial dan moral.

Ia mengingatkan bahwa memilih hewan yang sehat dan memperlakukan mereka dengan baik adalah bagian dari esensi kurban itu sendiri.

“Kurban harus mengajarkan empati. Menyembelih hewan yang sakit atau lemah justru merusak makna ibadah tersebut,” tegasnya.

Dengan pelaksanaan kurban yang etis dan ramah lingkungan seperti ini, Bupati Rettob berharap Mimika dapat menetapkan standar baru menjadikan ibadah kurban sebagai cerminan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap makhluk hidup di bumi.