Timika, Torangbisa.com – Tokoh pemuda Kampung Mioko, Distrik Mimika Tengah, Herman Atapemame, merasa prihatin kepada masyarakat terkait ketiadaan tenaga medis di kampung Mioko, Distrik Mimika Tengah.
Kondisi ini dinilai sangat memprihatinkan, terlebih dalam beberapa waktu terakhir banyak warga mengalami gangguan kesehatan ringan seperti flu, batuk, dan pilek.
Herman menjelaskan, tenaga medis yang bertugas di Kampung Mioko telah kembali ke kota sejak lebih dari dua pekan lalu. Akibatnya, hingga saat ini masyarakat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di kampung.
“Dalam jangka dekat ini banyak masyarakat yang sakit ringan, namun tenaga medis sudah berpulang ke kota sekitar dua minggu lebih. Jadi sementara ini, di kampung kami tidak ada tenaga medis,” ujar Herman saat menyampaikan permasalahan kepada anggota DPRK Mimika saat reses tahap III, Selasa (23/12/2025).
Atas kondisi tersebut, Herman mewakili masyarakat Kampung Mioko mengimbau Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika agar memberikan perhatian dan segera merespons melalui penugasan tenaga kesehatan di wilayah pedalaman dan pesisir.
Ia juga menyinggung, perlunya pengaturan jadwal tugas, khususnya menjelang dan saat hari raya keagamaan. Menurutnya, masyarakat di kampung memiliki prinsip saling menghargai antarumat beragama dalam menjalankan tugas pelayanan.
“Di kampung, ada Nasrani dan ada Muslim. Kalau hari raya Nasrani, kami yang bertugas, dan kalau hari raya Muslim, mereka yang bertugas. Itu sudah menjadi acuan hidup bersama kami di kampung dan pesisir,” jelasnya.
Herman mengatakan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika perlu melakukan evaluasi terhadap sistem penugasan tenaga medis. Ia berharap sebelum hari raya atau kegiatan penting, sudah ada ketentuan jelas terkait waktu meninggalkan dan kembali ke tempat tugas.
“Kami juga berharap kepada Bapak Bupati Mimika agar ada tindak lanjut serius. Tenaga medis dan guru harus diperhatikan, supaya pelayanan kepada masyarakat tidak terhenti,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota DPRK Mimika Daerah Pemilihan (Dapil) 6 dari Partai Perindo, Hj. Rampeani Rachman, menyayangkan ketiadaan tenaga kesehatan di Puskesmas Pembantu Kampung Miyoko, Distrik Mimika Tengah, saat pelaksanaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Saya melihat langsung kondisi di Kampung Miyoko. Keluhan utama masyarakat adalah tenaga kesehatan di puskesmas pembantu sudah tidak ada. Ini menjadi perhatian pertama dan utama yang harus segera ditindaklanjuti oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika,” tegas Rampeani.
Menurutnya, momentum Natal dan Tahun Baru justru menjadi masa di mana aktivitas masyarakat meningkat dibanding hari-hari biasa. Kegiatan sosial, keagamaan, hingga aktivitas ekonomi masyarakat berlangsung lebih padat, sehingga kebutuhan akan pelayanan kesehatan menjadi semakin penting.
“Pada saat-saat seperti ini, aktivitas masyarakat lebih maksimal. Mereka lebih banyak berkegiatan, bahkan waktu istirahat juga berkurang. Kondisi seperti ini tentu membutuhkan perhatian dan pelayanan dari tenaga medis,” ujarnya.
Ia menambahkan, masyarakat Kampung Miyoko saat ini banyak mengalami gangguan kesehatan ringan seperti flu, batuk, dan demam. Namun, keterbatasan layanan kesehatan membuat warga kesulitan mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
“Warga menyampaikan kepada saya bahwa tenaga medis sudah meninggalkan tempat tugas sekitar dua minggu lalu. Akibatnya, saat ini masyarakat yang sakit ringan pun kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan,” jelasnya.
Atas kondisi tersebut, Hj. Rampeani Rachman mengimbau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika agar segera melakukan evaluasi terhadap kinerja dan sistem penugasan tenaga medis di wilayah pedalaman, khususnya di Distrik Mimika Tengah.
“Saya menghimbau agar tenaga medis yang ada segera dievaluasi, dan bagaimana caranya bisa segera menurunkan tenaga kesehatan yang bisa standby di sini,” katanya.
Ia juga menambahkan pengaturan jadwal tugas yang adil dan berkelanjutan, sangat penting mengingat Kampung Miyoko dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda.
“Di sini ada Muslim dan ada Nasrani. Mereka bisa saling bertukar waktu tugas, sehingga pelayanan medis tetap berjalan dan tidak dibiarkan kosong seperti ini,” tutup Rampeani.
















