Timika, Torangbisa.com – Kampung Nawaripi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menunjukan kontribusi dan dukungan kepada Pemerintah Kampung melalui pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) serta mendorong kemandirian warga.
Salah satu langkah strategis yang dilakukan BUMDes Nawaripi Jaya adalah memperkuat sumber daya manusia dalam kepengurusan, Kehadiran pengurus baru diharapkan mampu membawa semangat perubahan dan inovasi dalam mengelola berbagai potensi kampung.
Direktur BUMDes Nawaripi Jaya, Rafael Taorekeyau menjelaskan bahwa pembentukan dan pengelolaan BUMDes merupakan amanat regulasi yang wajib dijalankan oleh setiap kampung.
Menurutnya, BUMDes menjadi instrumen penting untuk mengelola potensi lokal, khususnya sumber daya alam yang dimiliki Kampung Nawaripi.
“BUMDes ini memang wajib secara aturan. Untuk mengembangkan Kampung Nawaripi, kita perlu mengelola potensi yang ada di sekitar kampung, terutama sumber daya alam,” ujar Rafael.
Saat ini, BUMDes Nawaripi Jaya telah menerima bantuan modal awal yang akan dimanfaatkan sebagai fondasi pengembangan usaha. Meski belum seluruh program dapat dijalankan, beberapa sektor sudah mulai beroperasi dan menunjukkan hasil.
“Belum semuanya bisa dijalankan, tapi kolam ikan dan wisata rohani sudah berjalan. Tinggal kita tambah dengan modal awal yang ada,” jelasnya.
Ia menambahkan, sejumlah usaha sebenarnya telah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya, namun kini diperkuat kembali seiring pergantian kepengurusan.
Ke depan, BUMDes Nawaripi Jaya menargetkan pengembangan sektor pertanian, peternakan ayam, serta budidaya ikan yang diharapkan mampu menyuplai kebutuhan pangan di wilayah tertentu di Kabupaten Mimika.
Rafael juga berharap adanya kerja sama yang lebih erat dengan mitra dan investor, seperti Pangan Sari dan POMS, agar potensi lokal Kampung Nawaripi dapat dimanfaatkan secara maksimal.
“Kami harap jangan terus mengambil dari luar. Kebutuhan pangan itu bisa dipenuhi dari tanah, air, dan udara Papua, khususnya di Mimika,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Nawaripi, Norman Ditubun, mengakui bahwa keberadaan BUMDes Nawaripi Jaya telah memberikan manfaat, tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi jalannya pemerintahan kampung.
Norman mengungkapkan, dirinya baru benar-benar merasakan fungsi BUMDes ketika pemerintah kampung mengalami keterbatasan anggaran untuk kebutuhan mendesak. Dalam kondisi tersebut, BUMDes hadir sebagai penopang dengan memberikan pinjaman dana.
“Kami sempat mengalami kekosongan dana. Tapi karena BUMDes punya stok
dana, kami bisa meminjam. Saya berterima kasih kepada pengurus dan Direktur BUMDes yang sudah membantu pemerintah kampung,” ujarnya.
Menurut Norman, hal ini membuktikan bahwa BUMDes bukan sekadar formalitas, melainkan instrumen penting dalam mendukung kemandirian kampung.
Ia pun mendorong pemerintah pusat, khususnya Kementerian Desa dan kementerian Hukum dan HAM, untuk mempercepat proses akta notaris BUMDes Nawaripi Jaya agar pengelolaan usaha berskala besar dapat segera dilakukan.
“BUMDes ini sangat bermanfaat. Pemerintah kampung saja sudah menikmati hasilnya. Saya mendukung penuh keberlangsungan BUMDes, apalagi dipimpin oleh anak Kampung Nawaripi sendiri,” tegasnya.
Norman menjelaskan, pendapatan BUMDes Nawaripi Jaya bersumber dari penjualan air bersih, wisata rohani, kolam pemancingan, serta kegiatan usaha di wilayah Mil 21 dan kawasan luas satu. Menariknya, BUMDes Nawaripi Jaya juga memiliki kepedulian sosial dan keagamaan.
“Hasil wisata rohani kami setorkan ke gereja-gereja terdekat, seperti Gereja Nawaripi, Santo Yos Nawaripi, Gereja Stefano Sempan, dan Gereja Tiga Raja. Itu murni hasil BUMDes, bukan dana desa,” jelasnya.
Norman juga menyinggung bahwa dalam kurun waktu satu tahun, pendapatan BUMDes Nawaripi Jaya tercatat mencapai sekitar Rp20 juta hingga hampir Rp30 juta. Capaian ini turut mengantarkan Kampung Nawaripi ditetapkan sebagai desa mandiri.
Sebagian pendapatan BUMDes juga dimanfaatkan untuk mendukung sektor pendidikan, seperti pembiayaan TK-PAUD yang tidak tercover dana desa. Ke depan, BUMDes diharapkan mampu menopang Balai Latihan Kerja (BLK) agar tidak sepenuhnya bergantung pada dana desa.
Sebagai kampung adat tua yang masih tersisa di tengah kota, Norman berharap Kampung Nawaripi dapat menjadi contoh dan motivasi bagi kampung-kampung adat lainnya di Kabupaten Mimika.
“Semoga BUMDes ini bisa menjadi motivasi bagi kampung-kampung adat lain, bahwa dengan mengelola potensi sendiri, kampung bisa mandiri dan sejahtera,” tutupnya.
















