PemerintahanPolitik

Bahas Sejumlah Permasalahan di Disdik, Komisi III DPRK Mimika Soroti Rendahnya Realisasi Anggaran Pendidikan dan Dorong Perbaikan Infrastruktur SMK

×

Bahas Sejumlah Permasalahan di Disdik, Komisi III DPRK Mimika Soroti Rendahnya Realisasi Anggaran Pendidikan dan Dorong Perbaikan Infrastruktur SMK

Sebarkan artikel ini
Foto bersama Komisi III DPR Kabupaten Mimika dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika (foto: Riki Lodar/ Torangbisa.com)

Timika, Torangbisa.com – Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Mimika menggelar hearing bersama Dinas Pendidikan yang merupakan instansi mitra untuk membahas tentang sejumlah permasalahan yang terjadi untuk dicarikan solusinya.

Hearing tersebut berlangsung di gedung serbaguna Kantor DPRK Mimika, Selasa (16/9/2025). Dalam hearing tersebut dipimipin oleh Ketua Komisi III, Herman Gafur beserta anggota, sementara dari Dinas Pendidikan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan, Yeni Usmani dan jajarannya.

Ads
Iklan ini dibuat oleh admin torangbisa

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, Yeni Usmani, menyampaikan data lengkap terkait kondisi pendidikan Mimika sekaligus berbagai tantangan yang tengah dihadapi.

Yang mana hingga saat ini, jumlah sekolah di Mimika tercatat 370 unit yang terdiri dari TK: 111 sekolah (22 negeri, 89 swasta), SD: 137 sekolah (62 negeri, 75 swasta), SMP: 58 sekolah (28 negeri, 30 swasta), SMA: 18 sekolah (7 negeri, 11 swasta), SMK: 24 sekolah (6 negeri, 18 swasta), PKBM: 22 lembaga swasta dengan total siswa yang terdata mencapai 70.665 orang, dengan dukungan tenaga pendidik sebanyak 4.566 guru dari jenjang TK hingga SMK.

Sementara untuk realisasi fisik mencapai 62,99%, sementara realisasi anggaran baru 33,88% hingga kemarin.

Selain itu, Yeni mengungkapkan, sejumlah paket pembangunan dan pengadaan alat praktik SMK gagal lelang akibat perubahan E-Katalog. Selain itu, rekrutmen guru PNS baru hampir tidak ada, hanya dua pegawai yang masuk ke Dinas Pendidikan dari penerimaan tahun lalu.

Ia juga meluruskan isu penarikan guru dari sekolah swasta, itu bukan menjadi hal baru melainkan kebijakan itu sudah lama berjalan, karena bila guru negeri ditempatkan di sekolah swasta, dianggap sudah kelebihan guru dan tidak ada formasi.

Lanjutnya, Pemkab Mimika menanggung biaya SPP bagi siswa asli Amungme dan Kamoro dengan total anggaran lebih dari Rp6 miliar per tahun, siswa SD dan SMP mendapat Rp150 ribu per bulan, sementara siswa SMK mendapat Rp200 ribu per bulan.

Pada kesempatan tersebut, Yeni juga mengklarifikasi isu putus sekolah dengan jumlah mencapai 26 ribu lebih siswa putus sekolah yang ramai di media sosial yang mana data tersebut keliru.

“Itu residu dari data lama sejak 2016, bukan angka riil saat ini. Kami sudah sisir data agar valid, termasuk menghapus siswa tanpa NIK dari dapodik,” jelasnya.

Yeni juga memaparkan kondisi bantuan mahasiswa yang sempat terlambat dibayarkan akibat pergantian pimpinan daerah dan proses verifikasi dari 1.047 mahasiswa penerima, sebanyak 952 sudah siap dibayarkan, sementara 95 orang masih tertunda karena kendala rekening.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Mimika, Herman Gafur, menyoroti rendahnya realisasi anggaran pendidikan pada semester III tahun 2025.

Menurutnya, hingga saat ini realisasi fisik baru mencapai 33.88 persen, sementara realisasi keuangan baru 62,99 persen.

“Ini menjadi atensi kita bersama. Persoalan utamanya bukan di teknis, melainkan di penyedia barang dan jasa. Jangan sampai program strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan di Mimika terhambat hanya karena hal-hal seperti ini,” kata Herman.

Selain itu, ia menjelaskan perhatian khusus terhadap pendidikan di wilayah pedalaman dan pesisir, termasuk sinkronisasi dengan program nasional Sekolah Rakyat serta program Sekolah Sehari Penuh yang dicanangkan Gubernur Papua Tengah perlu dilaksanakan

Komisi III DPRD Mimika juga mengapresiasi perubahan regulasi terkait beasiswa yang kini disalurkan dalam bentuk bantuan pendidikan. Herman menyebut, perubahan ini membuat distribusi bantuan lebih merata bagi anak-anak Amungme dan Kamoro sebesar Rp20 juta per tahun, serta Rp14 juta per tahun untuk anak Papua lainnya. Namun ia mengingatkan agar ada evaluasi dan monitoring ketat agar penggunaan dana tepat sasaran.

Lebih jauh, Herman menyoroti pentingnya perbaikan desain kurikulum dan infrastruktur SMK di Mimika agar benar-benar melahirkan lulusan yang siap berwirausaha. “SMK Negeri 1, 2, dan 3 harus sesuai dengan spesifikasi kebutuhan masing-masing sekolah. Output pendidikan jangan hanya mencetak pencari kerja, tapi juga pencipta lapangan kerja,” ujarnya.